Senin, 27 Desember 2010

kenalan dengan udang vannamei

Udang putih (Litopenaeus vannamei) dikenal masyarakat dengan nama vannamei merupakan spesies asli dari perairan Amerika Tengah. Spesies udang putih (Litopenaeus vannamei) resmi diperkenalkan dan dibudidayakan di Indonesia mulai awal tahun 2000. Hal ini menggairahkan kembali usaha pertambakan di Indonesia yang mengalami kegagalan budidaya akibat serangan penyakit terutama bintik putih (white spot) pada budidaya udang windu (Penaeus monodon Fab.). Penyakit white spot telah menyerang tambak-tambak udang windu, baik yang dikelola secara tradisional maupun intensif meskipun telah menerapkan teknologi tinggi dengan fasilitas yang lengkap.

Udang vaname digolongkan kedalam genus Panaid pada Filum Arthropoda. Ada ribuan spesies difilum ini. Namun, yang mendominasi perairan berasal dari subfilum Crustrcea.

Ciri – ciri subfilum crusteca yaitu memiliki 3 pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo Decapoda, seperti Litopenaeus chinesis, L. japonicus, l. monodon, L. stylirotris, dan Litopenaeus vannamei. Menurut D.A Susanto (1998), secara klasifikasinya udang vanamei adalah sebagai berikut :


Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metozoa

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkelas : Eumalacosteraca

Superordo : Euracida

Ordo : Decapoda

Subordo : Denderobrachiata

Famili : Penaeidae

Genus : Litopeneus

Spesies : Litopeneus vannamei


Tubuh udang vaname dibentuk oleh 2 cabang (Biromous), yaitu exopodite dan endopodite. Vaname memliki tubuh berbuku –buku dan aktivitas berganti kulit luar ( moulting ). Ciri – cirri udang vanamei adalah sebagai berikut :

  • Bagian kepala udang vanamei terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan 5 pasang kaki jalan

  • Udang vanamae bagian kaki berjalan , terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxillae dan 3 pasang maxilliped.

  • Bagian perut vaname terdiri dari 6 ruas

  • Udang vaname bagian kaki renang, terdiri dari 5 pasang

  • Bagian ekor udang vaname berbentuk seperti kipas

  • Bagian tubuh udang vanamae terdiri dari Kepala (thorax) dan perut (abdomen).

Tubuh udang vanamae dapat dibagi atas 2 bagian yaitu :

  • Kepala (thorax)

Kepala udang vaname terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan 2 pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped 5 pasang kaki bejalan ( Peripoda ) atau kaki sepuluh (Decapoda).

Maxilliped berfungsi sebagai organ untuk makan. Bentuk poropoda beruas ruas yang berujung di bagian dactylus ada yang berbentuk capit ( kaki ke-1, ke-2, dan kaki ke3) dan juga yang tanpa capit (kaki ke-4 dan kaki ke-5).

  • Perut (Abdomen)

Abhdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membenruk kipas bersama sama telson.


  • Siklus Hidup

Udang vaname bersifat nocturnal, yaitu melakukan aktifitas pada malam hari. Siklus hidup udang vaname sebelum ditebar dibak beton yaitu stadia nauplii, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia postlarva.

  • Satadia Naupli

Pada stadia ini, larva berukuran 0,32 – 0,58 mm. Sistem ini pencernaannya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur, pada stadia ini udang vaname belum membutuhkan makanan dari luar.

  • Stadia Zoea

Stadia Zoea terjadi setelah naupli ditebar dibak pemeliharaan sekitar 15 – 24 jam. Larva sudah berukuran 1,05 – 3,30 mm. Pada stadia ini benih udang mengalami molting sebanyak 3x, lama waktu proses pergantian kulit sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4-5 hari. Pada stadia ini, benih sudah dapat diberi makan alami seperti artemia.



  • Stadia Mysis

Pada stadia ini, benih sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas (uropods) dan ekor (telson). Ukuran larva berkisar 3,50 – 4,80 mm. Stadia ini memiliki 3 substadi yaitu mysis 1, mysis 2, dan mysis 3 yang berlangsung selama 3 – 4 hari sebelum masuk pada stadia postlarva (PL).

  • Stadia Postlarva (PL)

Pada stadia ini, benih udang vaname sudah tampak seperti udang dewasa. Pada stadia ini udang sudah mulai aktif bergerak lurus kedepan.

Sifat – sifat penting Udang Vaname :

  1. Aktif pada kondisi gelap (noctural)

  2. Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline)

  3. Suka memangsa jenis ( kanibal )

  4. Tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus (continous feeder)

  5. Menyukai hidup didasar ( Bentik )

  6. Mencari makan lewat organ sensor (chemoreceptor)

  7. Sifat cenderung karnivora



  • Moulting

Genus Pennaeid mengalami pergantian kulit (moulting) secara periodik untuk tumbuh, termasuk udang vannamei. Proses moulting berlangsung dalam 5 tahap yang bersifat kompleks, yaitu postmolting lanjutan intermolting ( premoulting ), dan molting (ecdysis). Proses moultin diakhiri dengan pelepasan kulit luar dari tubuh udang.

Moulting akan terjadi secara teratur pada udang yang sehat. Bobot udang akan bertambah setiap kali mengalami Moulting. Faktor – factor yang memperngaruhi Moulting massal yaitu kondisi lingkungan, gejala pasang, dan terjadi penurunan volume air atau surut.

  • Tingkah Laku Makanan

Udang termasuk golongan omnivore atau pemakan segala. Udang vaname mencari dan mengidentifikasikan pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu – bulu halus (setae). Organ sensor itu terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antenna, dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan.

  • Fase tingkah laku makan udang vannmei

  1. Pendeteksian pakan dengan sinyal kimiawi

  2. Orientasi (pengalaman medan), saat udang akan bergerak menuju sumber pakan

  3. Bergerak mendekati sumber pakan

  4. Menjepit pakan dengan kaki jalan dan dimasukan ke dalam mulut

  5. Udang kan berhenti makan bila sudah kenyang

Usaha budidaya udang putih (Litopenaeus vannamei) menjanjikan keuntungan yang besar. Keuntungan dari usaha budidaya udang putih ini dapat diperoleh secara maksimal apabila udang yang dibudidayakan mencapai laju pertumbuhan maksimal dan pertumbuhan normal (proporsi panjang dan berat yang seimbang atau tidak kuntet) sehingga diperoleh nilai rasio konversi pakan atauFeed Convertion Ratio (FCR) yang optimal sebesar 1,4 sampai 1,6.

Udang putih (Litopenaeus vannamei) memiliki karakteristik budidaya yang unggul. Spesies ini dapat tumbuh hingga 20 gram secara cepat dengan laju pertumbuhan mencapai 3 gram per minggu dengan budidaya kepadatan tinggi (100 ekor/m2). Setelah itu, udang putih (Litopenaeus vannamei) tumbuh lambat sekitar 1 gram per minggu, dan individu betina tumbuh lebih cepat dibandingkan individu jantan. (Wyban dan Sweeney, 1991). Oleh karena itu, pengamatan pertumbuhan panjang maupun berat tubuh udang harus diamati secara visual dari hari ke hari pemeliharaan.



Daftar Pustaka

Anonim.2010.BAB-II-Kajian Pustaka. www.scribd.com/doc/35442209/BAB-II-Kajian-Pustaka.(26 Nopember 2010)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Look StudentSite Gunadarma