MAKALAH MANAJEMEN PERSEDIAAN
JUST IN TIME (JIT), ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ), MANAJEMEN PERSEDIAAN TRADISIONAL
Disusun oleh : Richard Andreas
NPM : 11208044
Mata Kuliah : Akutansi Manajemen Lanjut
A.
JUST IN TIME (JIT)
JIT, atau tepat pada
waktunya, persediaan adalah manajemen persediaan strategi
yang ditujukan untuk memantau proses inventarisasi sedemikian
rupa untuk meminimalkan biaya yang berkaitan dengan pengendalian persediaan dan
pemeliharaan. Untuk gelar besar,
proses persediaan just-in-time bergantung pada monitoring yang efisien dari
penggunaan bahan dalam produksi barang dan barang pengganti pemesanan yang tiba
tak lama sebelum mereka dibutuhkan. Strategi
sederhana membantu mencegah menimbulkan biaya yang berkaitan dengan membawa
persediaan besar bahan baku pada setiap titik waktu tertentu
JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki impilkasi penting
dalam manajemen biaya. Ide dasarJIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya
apabila ada permintaan (pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi
sesuatu yang diminta dan hanya sebesar kuatitas yang diminta. Filosofi JIT
digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan
manufaktur dijepang .
Bila JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk
menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi
perusahaan. Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system produksi
atau opersi dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menembah
nilai bagi suatui produk.
ü Just in Time (JIT) mendasakan pada delapan kunci utama, yaitu
:
1.
Menghasilakn produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.
2.
Memproduksi dengan jumlah kecil
3.
Menghilangkan pemborodan
4.
Memperbaiki aliran produksi
5.
Menyempurnakan kualitas produk
6.
Orang-orang yang tanggap
7.
Menghilangkan ketidakpastian
8.
Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.
ü Persyaratan-persyaratan JIT
Terdapat
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pemerapan JIT:
1.
Organisasi Pabrik : Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk
mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat
produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.
2.
Pelatihan/Tim/keterampilanB: JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan
mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari system tradisional
dan bagaimana cara kerja JIT yaitu
a.
Membentuk Aliran/Penyederhanaan : Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat
di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan
aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.
b.
Kanbal Pull System : Kanbal merupakan system manajemen suatu
pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu
diperhatikan.
c.
Jangan mengirim produk rusak ke prosess
berikutnya.
d.
Proses berikutnya hanya mengambil apa yang
dibutuhkan pada saat dibutuhkan.
e.
Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya.
f.
Meratakan beban produksi.
g.
Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning.
h.
Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
3.
Visibiltas/ pengendalian visual : Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang
merupakan system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional
sulit dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang
dalam prosess dan banyak rute produksi yang saling bersilangan.
4.
Eliminasi Kemacetan : Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase
setup maupun dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang
melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti
perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan.
5.
Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup : Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang
terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini esuai
bila nesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau komponen
yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
6.
Total Productive Maintance : TPM merupakan suatu keharusan dalam
sisitem JIT. Mesi-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya
dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut.
- Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan
Perbaikan Berkesinambungan : Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada
dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu
harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam
JIt tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua
kondisi mesin harus bekerja dengan prima.
ü Startegi Penerapan Just in Time
Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam
perusahaan, antara lain:
Startegi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua
pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan
dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pinpinan tersebut JIt tidak dapat
terlaksana. Mengubah system, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu
dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup
hanya memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan dating
sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita.
Startegi penerapan Just in Time dalam system produksi. Penemuan system
produksi yang tepa, yaitu dengan system tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyakmungkin pemborosan. Penemuan
lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam
barang, sehingga semua kebutuhanpelanggan yang berbeda-beda itu dapat
terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya
bahan, persediaan, dan sebagainya. JIT bukan hany sekedar metode pengedalian
persediaan, tetapi juga merupakan system produksi system produksi yang saling
berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.
ü Keuntungan JIT antar lain
- Waktu set-up pada
gudang dapat dikurangi. Dengan pemotongan waktu dan biaya ini akan membuat
perusahaan lebih efficient, dan perusahaan dapat lebih fokus untuk
perbaikan pada bidang lainnya.
- Aliaran barang
dari gudang ke produksi akan meningkat. Beberapa pekerja akan fokus pada
daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat.
- Pekerja yang
menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih efisien.
- Penjadwalan produk
dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten.
- Adanya peningkatan
hubungan dengan suplyer.
- Persediaan selalu
dipertahankan untuk menjaga produkstivitas pekerja dan bisnis akan fokus
pada turn over.
B.
ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ)
Menentukan berapa besarnya pembelian bahan baku atau menentukan besarnya
persediaan optimal maka digunakan teknik. Economical Order Quantity atau kuantitas pesanan yang paling
ekonomis, yaitu menunjukkan kuantitas bahan
yang dibeli dengan mengeluarkan biaya yang paling minimal. Setiap
perusahaan harus dapat menentukan lebih dahulu besarnya persediaanbahan baku
yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah barang jadi yangdirencanakan dalam
suatu periode tertentu. Hal ini penting untuk menjaga agar tidakakekurangan bahan baku, sehingga dapat menghentikan
proses produksi yang manatentu menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena
tidak memenuhi permintaanlangganan atau konsumen terhadap barang jadi.
Salah satu cara
yang digunakan adalah mengadakan pengaturan pemesananbahan baku secara ekonomis dengan metode atau tehnik yang dikenal dengan
Economic
Order Quantity (EOQ),. Analisis Economic Order Quantity (EOQ) bertujuan untuk
menentukan jumlah pesanan yang optimal atau yang paling ekonomis sesuai dengan
jumlah pesanan yang optimal atau yang paling ekonomis sesuai denganjumlah
kebutuhan dengan biaya yang paling minimal. Untuk jelasnya berikutbeberapa pendapat tentang pengertian Economic
Order Quantity (EOQ), menurut Rianto
(1995) mengemukakan bahwa“Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah
kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau seringdikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal”.
Selanjutnya Rangkuti (1996)menyatakan bahwa “Economic Order Quantity (EOQ) adalah
jumlah pembelianbahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang
paling rendah”.
Biaya-biaya yang digunakan sebagai
dasar perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) yaitu :
1.
Ordering
Cost (biaya pemesanan)
Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan tiap kali pesan.
Biaya-biayayang termasuk dalam kategori ini adalah : (a) biaya telepon, (b)
biaya ekspedisi, (c) pengeluaran surat menyurat, dan (d) biaya penerimaan bahan
yang di pesanmeliputi : biaya pembongkaran kegudang dan biaya
pemeriksaan bahan yangditerima, baik mutu maupun jumlahnya, sesuai dengan
pesanan atau tidak.
2.
Carrying
Cost (biaya penyimpanan)
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara
langsungdengan
kuantitas persediaan. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biayapenyimpanan adalah : (a) biaya pemeliharaan bahan,
(b) biaya sewa gudang, (c)biaya asuransi, (d) biaya absolescence
(kerusakan bahan karena disimpandigudang), (e) bunga modal, dan (f) biaya pajak
persediaan bahan yang ada dalam gudang
C.
MANAJEMEN PERSEDIAAN TRADISIONAL
ü Metode
pengendalian persediaan tradisional menurut Riyanti Wiranata (2002)
Metode ini secara formal diperkenalkan oleh Wilson
pada tahun 1929dengan mencoba mencari jawaban atas 3 pertanyaan dasar :
a. Berapa
jumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan(economic order
quantity) EOQ
b. Kapan saat
pemesanan harus dilakukan (reorder point ).
c. Berapa
jumlah cadangan pengaman yang diperlukan ( safety stock).
Metode ini menggunakan matematika dan statistik
sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem
persediaan